Pada musim awan mulai menitiskan air matanya,
Aku keluar sambil bawakan sesuatu yang bisa mengelapnya.
Namun tidak terhenti kesengsaraan sang awan.
Dipanggil aruah nenda kesayangan aku.
Menarik lengan seakan tegas dalam berkasih sayang.
Tidak sempat aku menghabiskan cerita ini;
guruh berdentum dan api merebak dengan marak.
No comments:
Post a Comment